MEDAN |
Suasana haru dan bahagia menyelimuti kediaman pasangan tokoh masyarakat Sumatera Utara, H. Ardiansyah Saragih, S.H., M.H, – Yunita Afriyani, di Jl. Karya Cilincing, Medan, pada Minggu, 12 Oktober 2025.
Acara tasyakuran akbar yang digelar keluarga besar ini menjadi ungkapan rasa syukur atas dua karunia besar yang diterima keluarga: yakni diterimanya Akbar Rizqy El Ardhy Saragih untuk melanjutkan studi di Universitas Al Azhar Kairo, Mesir, serta Ahmad Rizzaqy Saragih yang berhasil lolos sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) di Kementerian Agama.
Dalam suasana penuh kekeluargaan, tasyakuran ini dihadiri oleh kerabat, tetangga, tokoh agama, dan tokoh masyarakat yang turut berbagi rasa bangga dan doa untuk kedua putra berprestasi tersebut.
Mereka bersama-sama memanjatkan doa agar Akbar Rizqy diberi kelancaran dan kesuksesan menimba ilmu di Al Azhar, serta Ahmad Rizzaqy dapat menjalankan amanah barunya dengan penuh tanggung jawab dan dedikasi.
“Ini bukan hanya kebanggaan keluarga, tapi juga amanah besar dari Allah. Kami berharap kedua anak kami dapat menjadi insan yang bermanfaat bagi umat dan bangsa, di jalan ilmu dan pengabdian,” ujar H. Ardiansyah Saragih, yang juga dikenal sebagai Ketua Umum DPP Gerakan Anti Narkoba dan Zat Adiktif Nasional (GARNIZUN), Advokat dan Pengurus MPI DPP KNPI disambut tepuk tangan hangat para tamu.
Akbar Rizqy, lulusan Pondok Pesantren Darul Arafah Raya, akan berangkat ke Mesir pada 19 Oktober 2025.
Di Universitas Al Azhar, salah satu universitas Islam tertua dan paling bergengsi di dunia, ia berencana mengambil jurusan Dakwah, bidang yang sejalan dengan cita-citanya menjadi dai muda yang membawa pencerahan di era modern.
Sementara itu, Ahmad Rizzaqy Saragih menjadi teladan bagi adik-adiknya karena telah menorehkan prestasi dalam dunia kerja.
Keduanya menjadi inspirasi nyata tentang pentingnya pendidikan, kerja keras, dan doa orang tua dalam meraih cita-cita.
Menariknya, dalam acara syukuran tersebut juga dilakukan upah-upah adat Simalungun, yakni prosesi pemberian “Dayuk Naniurah” sebagai simbol doa, restu, dan harapan agar kedua anak yang dirayakan senantiasa diberkahi keselamatan, kesehatan, dan kesuksesan di mana pun berada.
Tradisi tersebut mencerminkan nilai luhur budaya Batak Simalungun yang menjunjung tinggi makna kebersamaan dan doa restu orang tua kepada anak.
“Sebagai seorang ibu, tentu ada rasa haru melepas anak pergi jauh. Tapi kami yakin, doa dan niat baik akan menjadi pelindung terbaiknya di tanah Kinanah nanti,” tutur Yunita Afriyani dengan mata berkaca-kaca.
Tampak pula kedua abang Akbar, Ahmad Rizzaqy El Ardhy Saragih dan Habibur Riziq El Ardhy Saragih, turut mendampingi sang adik dengan penuh kebanggaan, sementara si bungsu Keisha Ainun Mahya Saragih sesekali menggenggam tangan ibunya, seolah belum rela melepas kakaknya pergi jauh menuntut ilmu ke negeri para ulama.
Acara tasyakuran ditutup dengan doa bersama, lantunan ayat suci Al-Qur’an, serta nasihat dari tokoh agama setempat tentang pentingnya menjaga niat dan akhlak selama menuntut ilmu dan menjalani tugas sebagai abdi negara.
Bagi keluarga besar H. Ardiansyah Saragih, tasyakuran ini bukan sekadar perayaan prestasi, melainkan manifestasi rasa syukur, perjuangan spiritual, dan teladan bagi generasi muda bahwa dengan doa, disiplin, dan dedikasi, setiap anak bangsa dapat menggapai impian dan mengabdi untuk kemajuan umat serta Indonesia.(red)