MALAYSIA
Kota Melaka, dengan riwayat panjang sebagai simpul sejarah antara Timur dan Barat, menyuguhkan pengalaman yang jauh dari sekadar pelesiran.
Inilah yang dirasakan oleh keluarga Aswani Hafit dan Zam Zam Jamilah, S.H., M.H., saat mengunjungi Galeri Warisan Kota Melaka—sebuah ruang budaya yang tidak hanya memamerkan artefak, tetapi juga menghidupkan kembali denyut peradaban masa lampau.
Didampingi ketiga buah hati mereka—Salwa Khalisah, S.H., Dafa Abiyyu, dan Hafiza Syakirah—perjalanan ini menjadi lebih dari sekadar rekreasi keluarga.
Di setiap sudut galeri, terpampang warisan sejarah yang tertata apik, mulai dari koleksi perabot kuno, replika kapal dagang, hingga kostum tradisional yang pernah mewarnai zaman Kesultanan Melaka.
Bagi Salwa Khalisah yang baru menyelesaikan pendidikan hukumnya, kunjungan ini menjadi semacam refleksi tentang makna identitas dan kebudayaan dalam kerangka hukum dan kemasyarakatan.
Sementara Dafa dan Hafiza larut dalam ketakjuban terhadap lukisan-lukisan tua dan peta-peta klasik yang menggambarkan Melaka sebagai pelabuhan tersibuk di abad ke-15.
Zam Zam Jamilah, yang juga seorang akademisi hukum, memaknai perjalanan ini sebagai ruang belajar kontekstual tentang nilai-nilai kearifan lokal dan toleransi multikultur.
Ia mencatat bahwa Melaka mampu membingkai sejarah kolonial, perniagaan, dan keberagaman agama dalam satu narasi utuh yang membangun kesadaran historis generasi muda.
Aswani Hafit, yang selama ini dikenal sebagai sosok pegiat komunitas literasi, menyebut pengalaman tersebut sebagai penyelaman spiritual dan intelektual.
Menurutnya, wisata warisan bukan semata soal melihat masa lalu, tapi juga tentang bagaimana kita merumuskan masa depan dengan nilai-nilai yang telah terbukti melintasi zaman.
Kunjungan ke Galeri Warisan Kota Melaka menjadi semacam titik temu antara pendidikan, rekreasi, dan penguatan nilai keluarga.
Di tengah derasnya gelombang digital dan wisata konsumtif, keluarga ini memilih jalur berbeda: menanamkan kecintaan pada akar budaya dan sejarah sebagai fondasi karakter anak-anak mereka.
Mereka bukan sekadar turis, tapi peziarah nilai. Dan Melaka, dengan segala lapisan warisannya, menyambut mereka dengan pelajaran yang tak ternilai.(red)